_
Luqman adalah
seseorang yang memiliki kisah hidup yang penuh dengan hikmah. Namanya bahkan
menjadi nama salah satu surat
di dalam Al-Quran. Salah satu kisahnya seperti berikut.
Pada suatu ketika Luqman melakukan perjalanan bersama anaknya. Luqman menaiki seekor keledai dan anaknya mengikuti dengan berjalan kaki. Ketika mereka bertemu dengan orang lain dalam perjalanan, orang itu pun berkata, “ Lihatlah orang tua itu, tidak punya perasaan. Ia menaiki keledai sedangkan anaknya dibiarkan berjalan kaki”. Mendengar hal tersebut, kemudian Luqman turun dari keledainya dan menyuruh anaknya untuk menaikinya. Beberapa waktu kemudian mereka kembali bertemu orang, mereka berkata,” Lihatlah anak itu, kurang ajar sekali. Ia enak-enak naik keledai, sedangkan bapaknya dibiarkan berjalan kaki”. Terkejut dengan perkataan orang, kemudian Luqman menyuruh anaknya menaiki keledai bersamanya. Kemudian mereka bertemu lagi dengan oranglain, yang berkata, “ Kejam sekali mereka, keledai sekecil itu dinaiki oleh dua orang”. Sekali lagi mereka merubah posisi, sekarang keduanya berjalan di samping si keledai. Setelah beberapa saat, mereka kembali bertemu seseorang, “ Betepa bodohnya mereka, punya keledai tapi tidak dinaiki”. Di tepat peristirahatan Lukman Al Hakim berpesan kepada anaknya.” Wahai anakku, kata-kata orang selalu berubah, berbeda-beda, mencemooh, memuji dan sebagainya. Merek begitu karena tidak melihat yang sebenarnya. Kitalah yang menjalani hidup kita dan kitalah yang mengerti mengapa kita melakukan itu. Oleh karena itu pesanku padamu. Janganlah engkau pusingkan kata-kata mereka. Percayalah pada keyakinanmu dan berpeganglah pada kebenaran. Kata-kata orang banyak belum tentu sebuah kebenaran “ “Sesungguhnya tiada terlepas seseorang itu dari percakapan manusia. Maka orang yang berakal tiadalah dia mengambil pertimbangan melainkan kepada Allah S.W.T semata. Barang siapa mengenal kebenaran, itulah yang menjadi satu-satunya pertimbangannya.” "Wahai anakku, tuntutlah rezeki yang halal supaya kamu tidak menjadi fakir. Sesungguhnya tiadalah orang fakir itu melainkan tertimpa kepadanya tiga perkara, yaitu tipis keyakinan ( iman ) tentang agamanya, lemah akalnya ( mudah tertipu dan di perdayai orang ), dan hilang kemuliaan hatinya ( kepribadiannya ), dan lebih celaka lagi dari tiga perkara itu adalah orang-orang yang suka menyepelekan hal tersebut." Hikmah yang bisa diambil dari kisah ini adalah bahwa apapun yang dilakukan manusia, tidak akan bisa menyenangkan semua orang. Ketika berusaha melakukan sebuah kebaikan, cukuplah bersandar atas keridhoan Allah semata,. |